Loading...
Skip to Content

Sejarah perkembangan kesenian tidak bisa lepas dari kepercayaan atau agama. Agama senantiasa menjadi sumber inspirasi yang besar bagi para seniman. Semua itu tergantung seberapa jauh suatu agama mengembangkan atau menghambat dorongan itu. Sama halnya dengan agama Islam dalam mengajarkan seni, melalui sumber utamanya yaitu Al. Quran, di mana Al-Quran sangat menghargai seni. Islam adalah agama fitrah. Segala sesuatu yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya. Islam mendukung kesenian selama penampilannya mendukung fitrah manusia yang suci. Dengan demikian kesenian Islam adalah kesenian yang tidak keluar dari fitrah suci manusia. Masuk Islam membawa pengaruh pada lingkungan budaya setempat. Demikian halnya dengan wilayah Yogyakarta tidak terlepas dari pengaruh Islam, sehingga kesenian-keseniannya pun terpengaruh oleh ajaran Islam. Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan di jawa menyimpan berbagai kesenian yang berhubungan dengan ajaran Islam. Diantaranya kesenian Trengganon di Padukuhan Parakan Wetan, Sensangsari, Minggir, Sleman. Kesenian Trengganon pada awalnya digunakan sebagai media dakwah oleh Kyai Haji Syahid untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Kyai Haji Syahid dalam menyebarkan agama Islam dengan memberikan ceramah agama juga disertai pula pementasan kesenian Trengganon. Syiar agama Islam melalui kesenian Trengganon dilakukan dengan lantunan syair-syair yang diambil dari ayat-ayat kitab Barzanji yang dipadukan dan diselaraskan dengan jurus-jurus silat. Nama Trengganon berasal dari kata Trengganu. Trengganu adalah nama dari suatu daerah di Malaysia. Menurut keterangan Bp. Hj. Achmad (adik KH. Syahid) saat KH. Syahid naik haji, ia singgah di daerah Trengganu dan melihat seni bela diri silat. Sepulangnya ke Indonesia beliau mendirikan [erkumpulan seni bela diri dengan nama Trengganon. Istilah Trengganon berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari kata tarawih yang artinya suatu hal yang baik dan kata anggonun yang artinya melaksanakan. Sehingga Trengganon dapat diartikan sebagai melaksanakan suatu kebaikan. Lahirnya kesenian Trengganon bersamaan dengan hadirnya KH. Syahid saat memberikan kotbah di masjid Parakan Kulon. Sekitar tahun 1930 M tepatnya di Padukuhan Parakan Kulon awal mula kemunculan kesenian Trengganon, saat itu mesayarakat sudah mulai mempelajari kesenian ini dan tahun 1936 M kesenian Trengganon menjadi milik masyarakat Parakan Kulon. Namun pada tahun 1983 M dalam rangka misi kesenian mewakili Kab. Sleman. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman memilih kesenian Trengganon untuk tampil untuk tampil di Jakarta dan memeberi waktu selama 2 bulan untuk berlatih. Pada saat itu Parakan Kulon merasa keberatan dengan waktu yang diberikan, kemudian masyarakat Parakan Kulon dialihkan ke Parakan Wetan. Sejak saat itu masyarakat Parakan Wetan mempelajari kesenian Trengganon dan pada tahun 1983 M kesenian ini menjadi milik masyarakat Parakan Wetan. Kesenian Trengganon merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional kerakyatan yang bernafaskan Islam. Kesenian ini perpaduan antara Seni Musik, tari, silat dan seni suara. Alat musik yang digunakan adalah rebana dan bedug, dlama perkembangannya alat music ditambah dengan adanya kentungan. Selain syair-syairnya menggunakan bahasa Arab dan Melayu, syairnya terdiri dari dua bait, bait pertama disebut bawa(pertanyaan ) dan bait kedua disebut rodhat (jawaban). Kesenian Trengganon pada awal kemunculannya berfungsi sebagai media dakwah dalam usaha menyebarluaskan agama Islam. Perkembangan selanjutnya selain sebagai media dakwah juga sebagai hiburan. Bukan hanya dipentaskan pada acara agama saja tetapi juga acara lain misalnya acara syukura, perkawinan, khitanan dan lain sebagainya. Tema dalam kesenian Trengganon ini adalah mengekang atau menahan diri terhadap segala sesuatu hal yang buruk untuk mencapai keselarasan atau keseimbangan hidup. Tata Gerak Sumber gerak tari kesenian Trengganon adalah unsur gerak pencak silat, yang berarti aspek bentuk dasar meliputi sikap dan gerak tangan dan gerak kaki mengikuti unsur dasar pencak silat. Meskipun begitu, oleh sebab menjaid unsur pertunjukan kecepatan tari dalam Trengganon tidak terlalu tajam dan lebih lembut. Motif pencak silat yang dipakai dalam tari Trengganon ada dua aspek yaitu gerak tangkisan dan serangan. Kegagahan pada motif pencak dapat terlihat pada sikap tubuh, volume gerak dan pengerahan tenaga. Motif serangan pada motif pencak silat dalam tari Trengganon terdiri dari gerak Memukul menendang ke depan dan kete