Loading...
Skip to Content

Dandan Kali (Becekan) atau Upacara Adat Dandan Kali

Upacara Dandan Kali, juga dikenal sebagai Becekan, dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Kepuh, Manggong, dan Pagerjuang di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Tradisi ini dimulai sebagai permohonan hujan setelah mengalami kemarau panjang selama delapan bulan. Dalam upacara ini, masyarakat membawa sesaji dan menyembelih kambing di Sungai Gendol, dan setelah upacara tersebut, hujan deras pun turun, membawa kesuburan bagi tanah. Sejak itu, Dandan Kali menjadi tradisi tahunan, yang juga dikenal sebagai Upacara Becekan, dengan sajian khas berupa nasi becek, olahan kambing berbumbu gulai, sebagai simbol harapan akan keberlangsungan aliran air di sungai-sungai sekitar.

Proses pelaksanaan upacara dimulai dengan pembukaan oleh tokoh masyarakat, diikuti penyembelihan kambing dan doa bersama. Partisipasi dalam upacara ini terbatas pada laki-laki, sementara perempuan berperan dalam menyiapkan sesaji di rumah. Setiap dusun menyiapkan satu kambing, dan pada hari upacara, kegiatan dimulai pada pukul 07.00 WIB. Kambing yang disembelih adalah jenis jantan yang sudah tua, dengan ketentuan bahwa kambing betina tidak boleh disembelih karena dianggap membawa malapetaka. Upacara ini memiliki makna mendalam sebagai ungkapan syukur kepada Dzat Adikodrati dan harapan agar masyarakat selalu diberikan keselamatan dan rezeki yang cukup. Masyarakat percaya bahwa pelaksanaan upacara ini dapat mencegah bencana, sehingga mereka berkomitmen untuk melestarikannya sebagai tradisi nenek moyang.

Untuk menjaga kelestarian Upacara Dandan Kali, beberapa langkah dilakukan, termasuk menjadikannya sebagai ritual tahunan, meningkatkan dokumentasi dan publikasi, serta melibatkan partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah. Kajian tentang upacara ini juga perlu diperbanyak untuk memperdalam pemahaman masyarakat mengenai pentingnya tradisi ini. Komunitas Merapi menjadi salah satu kelompok yang aktif dalam melestarikan budaya ini, dengan tokoh masyarakat seperti Mardi Wiyono yang berusia 75 tahun berperan penting dalam menjaga nilai-nilai dan praktik upacara Dandan Kali.