Loading...
Skip to Content

Kesenian Drama Tari Antup merupakan jenis seni pertunjukan yang unik dan hanya dapat ditemukan di Padukukuhan Janturan, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Pertunjukan ini menggabungkan dialog, drama, tarian, dan musik, yang ditampilkan di atas panggung dengan cerita berlatar kerajaan, dongeng, kehidupan sehari-hari, dan diiringi dengan elemen humor. Sebagai bentuk kesenian tradisional, Drama Tari Antup kaya akan nilai-nilai filsafat dan pendidikan, mengajarkan pemahaman tentang etika dan budi pekerti, yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesenian ini lebih menekankan pada semangat dan penghayatan karakter daripada pada kemewahan kostum atau peralatan.

Kesenian Drama Tari Antup muncul pada tahun 1935, diciptakan oleh Widi Karsono, seorang dalang wayang kulit. Latar belakang penciptaannya berawal dari pengamatan Widi terhadap para pemuda yang sedang ronda, yang sering terlibat dalam obrolan, bernyanyi, dan mendongeng. Melihat kegiatan tersebut, ia terinspirasi untuk mewadahi aktivitas mereka dalam sebuah grup seni, yang disambut baik oleh para pemuda. Kesenian ini lahir pada saat Desa Tirtoadi tidak memiliki ruang terbuka yang dapat menyatukan perbedaan masyarakat, sehingga Drama Tari Antup menjadi media komunikasi untuk menggalang gerakan sosial bersih desa.

Kesenian Antup berperan penting dalam transformasi kehidupan sosial masyarakat Desa Tirtoadi, mengajak pemangku kepentingan dan masyarakat untuk bersatu dalam kegiatan bersih desa. Kegiatan bersih desa ini dimaknai sebagai upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menciptakan sejarah kebersamaan yang terwujud melalui Kesenian Antup. Pilihan lakon yang diangkat dalam pertunjukan mencerminkan perkembangan wayang wong yang ada di Yogyakarta, menjadikan Kesenian Antup sebagai representasi seni tradisional yang berkembang di masyarakat.

Gerakan dalam Kesenian Drama Tari Antup bersifat sederhana, sesuai dengan ciri-ciri tarian rakyat. Iringan musiknya awalnya menggunakan bilahan bambu yang disesuaikan dengan gamelan slendro, dan lagu yang dinyanyikan adalah Kecik-kecik. Dalam perkembangan selanjutnya, Widi Karsono menciptakan cerita rekaan yang berlatarkan kehidupan petani, dengan tokoh-tokoh yang akrab dikenal masyarakat. Kostum dan tata rias yang digunakan pun sederhana, terbuat dari bahan-bahan lokal, seperti daun nangka untuk mahkota. Meskipun awalnya seluruh pemainnya laki-laki, kini peran perempuan juga telah dimasukkan. Nama Antup diambil dari salah satu tokoh pelawak dalam pertunjukan, sementara Antop adalah pasangannya. Nama Antup sendiri terinspirasi dari suara bunga pohon nangka yang mekar di malam hari, yang oleh masyarakat disebut sebagai antup.