Kesenian Peksi Moi
Tari Peksi Moi diperkenalkan oleh KH Nahrowi pada tahun 1954 sebagai bentuk seni yang menggabungkan gerakan pencak silat dengan elemen seni pertunjukan. KH Nahrowi, seorang ulama dari Ploso Kuning, berperan penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Dusun Soka Wetan. Setelah membangun Masjid Pathok Negoro dengan gotong royong masyarakat, beliau mengajarkan bela diri kepada pemuda setempat, yang akhirnya melahirkan Tarian Peksi Moi sebagai hasil latihan tersebut. Tarian ini diiringi oleh alat musik seperti terbang dan bedhuk, serta syair yang mengajak untuk beribadah dan mengingat persatuan NKRI.
Kesenian Peksi Moi tidak hanya mencerminkan budaya masyarakat Dusun Soka Wetan, tetapi juga merupakan ekspresi nilai-nilai keislaman yang dijunjung dalam kehidupan sehari-hari. Tarian ini melibatkan interaksi antara penari dan tidak memiliki penonton pasif, membuatnya unik dalam penyajiannya. Kostum yang dikenakan oleh penari biasanya berwarna cerah, dilengkapi dengan rompi dan aksesori tradisional, serta telah mengalami modifikasi seiring berjalannya waktu. Tarian ini sering diperagakan oleh anak-anak SMP dan SMA dalam festival desa, menjadikannya bagian integral dari kehidupan masyarakat.
Untuk melestarikan Tari Peksi Moi, masyarakat melakukan berbagai upaya, termasuk menjadikannya ritual tahunan dan meningkatkan publikasi melalui media cetak dan sosial. Partisipasi aktif dari masyarakat serta dukungan dari pemerintah daerah juga sangat penting dalam pelestarian kesenian ini. Dengan demikian, Tari Peksi Moi tetap menjadi bagian penting dari proses pembelajaran dan penguatan identitas keagamaan serta budaya di masyarakat setempat.