UPACARA ADAT SURAN MBAH DEMANG
Cokrodikromo adalah seorang demang yang hidup pada era 1880 di Demakijo ( Sekarang Desa Banyuraden ). Ia seorang yang memilki kemampuan bisa mendekteksi keberadaan sumber mata air arthesis. Demang yang memiliki nama asli Asrah ini, sewaktu masih muda gemar bertapa. Asrah muda dipercaya Belanda menjadi mandor di pabrik gula Demakijo karena keberaniannya mengusir perampok. Banyaknya prestasi yang dimiliki Asrah, Belanda kemudian mengangkatnya menjadi Demang Demakijo.
Syahdan, dahulu kala di bulan As syura (Muharram) terjadi kemarau panjang hingga mengakibatkan kekeringan di wilayah Demakijo. Maka dengan kemampuannya, Demang Cokrodikromo bisa membuat sumur yang airnya tidak pernah habis hingga sekarang. Sumur tersebut kemudian dikenal dengan sebutan sumur mbah demang, selain bisa mengatasi kekeringan di wilayah Demakijo, air sumur tersebut juga dipercaya memiliki kasiat dapat menyembuhkan penyakit serta membuat awet muda.
Sebagai bentuk rasa syukur, setiap bulan Asyura dilakukan upacara adat Kirab Mbah Demang oleh trah Mbah Demang serta kerabat . Adapun Prosesi tersebut ; Memberikan kendhi ijo (makanan yang dibungkus dengan daun pisang) kepada warga, Mengambil air sumur Mbah Demang yang selanjutnya dikirabkan, Melakukan doa bersama mohon kepada Allah SWT untuk diberikan keselamatan,kesejahteraan ,kesehatan.
Adapun pusaka peninggalan Mbah Demang juga turut dikirabkan antara lain; Kitab Ambya, Tombak, Bende. Selain pusaka tersebut juga dikirabkan pula pusaka peninggalan Ki Juru Permana, spiritual Sri Sultan HB IX berupa Kyai Blencong dan Tombak.